SaLam hangat ku persembahkan dariku untukmu, Ayah dan Ibu.
Ayah, kau begitu keras, kuat dan berotot besi. Tulangmu sekuat baja yang mampu menghancurkan tumpukan karang. Namun ku yakin, hatimu begitu lembut. Kelembutan hatimu tak bisa aku ungkapkan hanya dengan seikat kata. Kau gigih dalam melindungi kami, Kau bagaikan benteng peperangan yang tidak bisa hancur hanya dengan sekali pukulan. Pukulan hidup yang kurasa keras, kau masih mampu untuk melindungi nyawa kami. Kau telah membuat darah ini tetap pada tempatnya. Kau telah membuat tulang-tulang kami ini selalu tetap bersatu dengan kulit putihku yang tak bermakna. Ibu, Kau lembut dan halus. Namun kau begitu tegar untuk memberi makan tubuh tidak berguna ini. Apakah kau tidak pernah merasa menyesal telah memberikan kehidupan untuk jasad berisi namun kosong ini. Walaupun kau lemah, lembut dan juga halus, kau selalu tetap berusaha untuk menjadi tonggak penahan benteng pelindung.
Maafkanlah aku ayah, selama ini aku tidak pernah ikut bersatu dalam tubuh kuatmu. Aku tidak bisa memperkuat badan bajamu tuk lindungi kami. Maafkanlah aku Ibu, Aku tidak bisa membalas pemberian yang selama ini belum bisa atau mungkin tidak akan bisa aku hitung. Apakah aku ini layang bersanding bersama kalian dalam satu ikatan peluk yang hangat? walaupun selama ini aku sering memberikan setitik duri dalam kehidupanmu, itu karena kebodohanku yang tidak pernah menyadari arti kasih sayang. Jikalau kau tau isi hatiku ini, mungkin kau akan sadar, bahwa aku ada bukan untuk menyakiti. Aku ada, hanya untuk menghargai dan mencintai.
Ayah, kau begitu keras, kuat dan berotot besi. Tulangmu sekuat baja yang mampu menghancurkan tumpukan karang. Namun ku yakin, hatimu begitu lembut. Kelembutan hatimu tak bisa aku ungkapkan hanya dengan seikat kata. Kau gigih dalam melindungi kami, Kau bagaikan benteng peperangan yang tidak bisa hancur hanya dengan sekali pukulan. Pukulan hidup yang kurasa keras, kau masih mampu untuk melindungi nyawa kami. Kau telah membuat darah ini tetap pada tempatnya. Kau telah membuat tulang-tulang kami ini selalu tetap bersatu dengan kulit putihku yang tak bermakna. Ibu, Kau lembut dan halus. Namun kau begitu tegar untuk memberi makan tubuh tidak berguna ini. Apakah kau tidak pernah merasa menyesal telah memberikan kehidupan untuk jasad berisi namun kosong ini. Walaupun kau lemah, lembut dan juga halus, kau selalu tetap berusaha untuk menjadi tonggak penahan benteng pelindung.
Maafkanlah aku ayah, selama ini aku tidak pernah ikut bersatu dalam tubuh kuatmu. Aku tidak bisa memperkuat badan bajamu tuk lindungi kami. Maafkanlah aku Ibu, Aku tidak bisa membalas pemberian yang selama ini belum bisa atau mungkin tidak akan bisa aku hitung. Apakah aku ini layang bersanding bersama kalian dalam satu ikatan peluk yang hangat? walaupun selama ini aku sering memberikan setitik duri dalam kehidupanmu, itu karena kebodohanku yang tidak pernah menyadari arti kasih sayang. Jikalau kau tau isi hatiku ini, mungkin kau akan sadar, bahwa aku ada bukan untuk menyakiti. Aku ada, hanya untuk menghargai dan mencintai.
1 komentar:
Wah gak tau mo bilang apa, pokoknya ngisi aja.. mengenai isinya lumayan bikin ingat ortu hiks... salam..
Posting Komentar